Rhoma Irama
Rhoma
Irama adalah sosok pemusik pembaharu dalam musik dangdut diantaranya
memasukkan elemen rock dalam sajian musiknya sejak tahun 1974 lewat hits
terbesarnya Begadang.Sekitar 700 lagu telah ditulis Rhoma Irama
dari kurun waktu 1970 hingga saat sekarang ini. Menurut William H.
Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, Amerika Serikat yang
meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada
masyarakat dalam telaah ilmiah bertajuk “Rhoma Irama and the Dangdut Style : Aspects of Contemporary Indonesia Popular Culture” pada tahun 1982, menulis : Since
much of Oma songwriting was leading in escapably toward both
storytelling and moralizing, he was naturally intrigued with the notion
of integrating story line more closely with the music, and making of the
whole something
more “serious.”.Pesan moral serta kritik sosial memang banyak ditemui dalam lirik-lirik lagu karya Rhoma Irama seperti “Begadang”,”Darah Muda”,”Hak Azasi”,”,Adu Domna”,”Rupiah”,”Judi” dan masih sederet lagu-lagu lainnya.Namun Rhoma juga piawai menulis lagu bertema romansa seperti “Kegagalan Cinta”,”Syahdu”,”Bahtera Cinta” maupun “Dawai Asmara”.
more “serious.”.Pesan moral serta kritik sosial memang banyak ditemui dalam lirik-lirik lagu karya Rhoma Irama seperti “Begadang”,”Darah Muda”,”Hak Azasi”,”,Adu Domna”,”Rupiah”,”Judi” dan masih sederet lagu-lagu lainnya.Namun Rhoma juga piawai menulis lagu bertema romansa seperti “Kegagalan Cinta”,”Syahdu”,”Bahtera Cinta” maupun “Dawai Asmara”.
Yovie Widianto
Hitmaker kelahiran 21 Januari 1968 ini unggul dalam menuturkan narasi
cinta dalam karya- karyanya.Konon kabarnya hampir setiap lagu yang
ditulisnya berdasarkan cerita nyata.Tapi yang jelas lagu-lagu karya
Yovie banyak meluluhkan rasa pendengarnya, entah itu saat dibawakan
bersama kelompoknya Kahitna atau Yovie and The Nuno maupun yang
dinyanyikan banyak penyanyi mulai dari Ruth Sahanaya, Dea
Mirella,Chrisye,Glenn Fredly,Audy,Rio Febrian,Hedi Yunus,Yana
Julio,Pinkan Mambo,Rida Sita Dewi,Lingua,Astrid ,Bening,Monita
Tahalea,Delon,Ihsan hingga Rossa.
David
Foster adalah pemusik yang banyak mengilhami Yovie Widianto saat mulai
memilih berkarir di dunia musik pop pada tahun 1986.Menurut Yovie,David
Foster itu memiliki kepekaan luarbiasa dalam menulis lagu serta saat
menjadi produser musik. Disamping itu Yovie pun mengakui banyak meraup
ilmu musik pada Elfa Secioria.Tahun 2005, Yovie Widoanto merilis album A Portrait of Yovie,
kumpulan lagu-lagu terbaiknya yang dibawakan oleh berbagai penyanyi
sohor dengan berbagai karakter.Album ini memang mengacu pada gagasan
yang dilakukan David Foster.
Ian Antono
Bermula
dengan menulis lagu-lagu bernuansa rock untuk grupnya sendiri God Bless
di tahun 1976, lalu merambah menulis lagu bergaya pop hingga
dangdut.Gitaris bernama lengkap Jusuf Antono Djojo yang dilahirkan di
Malang 29 Oktober 1950 telah menulis banyak hits mulai dari Gadis Binal (God Bless),Biarawati (Sylvia Saartje) hingga Neraka Jahanam (Duo Kribo) di era 70an.
Sejak
itu karya-karya Ian Antono yang juga sempat membentuk Gong 2000,
mulai sering dibawakan oleh banyak penyanyi dan berhasil menjadi hits
diantaranya Nicky Astria,Achmad Albar,Berlian Hutauruk,Hetty Koes
Endang,Ikang Fawzi,Dolf Wemay,Anggun C Sasmi, hingga Iwan Fals.Ian
Antono bahkan menulis lagu bergaya dangdut “Zakia” yang sukses
dinyanyikan Achmad Albar pada tahun 1979. Dari sekian banyak lagu-lagu
karya Ian Antono,lagu yang monumental adalah “Panggung Sandiwara” yang ditulisnya bersama sastrawan Taufiq Ismail sebagai penulis lirik.
Katon Bagaskara.
Puitis
dan romantik adalah penanda sebagian besar lirik-lirik lagu yang
ditulis Katon Bagaskara.Sebagian besar lagu-lagu karya lelaki kelahiran
Magelang 14 Juni 1966 ini memang bermuara pada tema-tema romansa yang
menggugah dengan barisan kata-kata bak pujangga.Katon kerap mengangkat
thesaurus yang sudah jarang dipakai lagi dalam penulisan lirik ke dalam
lirik-lirik lagunya.Sejak kecil Katon memang menggemari puisi.Ketika
duduk di kelas IV SD Katon telah menulis lagu untuk mengenang kepergian
sang kakek tercinta dengan menggunakan piano kecil.Setelah belajar gitar
pada Andre Manika kakaknya, Katon mulai terpicu untuk menulis
lagu.Katon mengaku terinspirasi dengan penulisan lirik-lirik lagu Ebiet G
Ade disamping mengagumi karya-karya Fariz RM. Keintiman Katon Bagaskara
pada puisi secara langsung banyak memberi andil dalam pola penulisan
lagu-lagunya.Karya Katon yang monumental adalah Negeri Di Awan.
Yockie Surjoprajogo
Tak
hanya piawai memainkan keyboards,tapi Yockie Surjoprajogo adalah sosok
komposer mumpuni yang banyak menghasilkan karya-karya monumental baik
dalam genre rock maupun pop .Pengalaman Yockie yang kerap hadir sebagai
music director maupun arranger mulai saat merekam album bersama God
Bless,menata musik album Badai Pasti Berlalu serta menjadi music
director album Lomba Cipta Lagu Remaha Prambors di tahun 1977-1978
rasanya lebih melempangkan kemampuannya sebagai seorang
komposer.Lagu-lagu karya Yockie yang monumental antara lain Jurang
Pemisah (Chrisye),Juwita (Chrisye),Biar Semua Hilang (Nicky
Astria),Kehidupan (God Bless) dan Kesaksian (Kantata Takwa).
Di komunitas Kantata Takwa ini, Yockie bertemu dengan dimensi musik
yang berbeda. Di sini dia berbaur dengan sosok-sosok seniman mulai dari
WS Rendra hingga Sawung Jabo. Ada dialektika baru dalam karya-karya
Yockie seperti terlihat pada lagu Orang Orang Kalah, Kantata Takwa, Kesaksian, Paman Doblang, Air Mata, Rajawali, Nocturno, dan Balada Pengangguran.
Erros Djarot
Saat
membuat album soundtrack film Kawin Lari di tahun 1976 bersama bandnya
Barong”s Band Erros berdisiplin tidak mau mendengar lagu-lagu
Barat.”Saat itu saya membeli semua kaset Indonesia dan menyimak semua
lirik-lirik lagunya.Ini untuk referensi saya menulis lagu dalam bahasa
Indonesia” ungkap Erros Djarot yang dilahirkan di Rangkasbitung 22 Juli
1950.
.Dan
Erros beserta Barong’s pada akhirnya memang berhasil menampilkan
sebuah soundtrack walau dengan latar musik Barat tapi memiliki rasa
Indonesia.Sosok Erros kemudian mencuat saat membuat album soundtrack
film Badai Pasti Berlalu di tahun 1977 yang berhasil sukses dan mengubah
paradigma musik pop Indonesia kedalam tatanan penulisan lirik yang
lebih terjaga kualitasnya.Erros Djarot memilih kata-kata puitik yang
bersahaja tapi memiliki makna yang dalam.Dalam metafora Erros Djarot
melukiskan romansa yang kadang menggelora,kadang merajuk tapi tidak
terjebak dalam kecengengan.Lagu-lagu seperti Badai Pasti Berlalu,Pelangi,Merpati Putih ,Matahari atau Angin Malam
adalah contoh kekuatan Erros Djarot dalam menata kata-kata.Karya-karya
Erros Djarot tampaknya tetap bersemayam di benak penikmatnya hingga saat
sekarang ini.
Franky Sahilatua
Kehadiran
duo Franky & Jane di tahun 1977 dengan musik folk country membawa
nuansa baru dalam gugus musik Indonesia. Lirik lagu-lagu karya Franky
pada masa Franky & Jane cenderung pada pemujaan alam pada awalnya,
misalnya pada lagu Musim Bunga dan Kepada Angin dan Burung Burung.Saat
itu Franky yang dilahirkan di Surabaya 16 Agustus 1953 , kerap meminta
bantuan sastrawan Yudhistira ANM Massardi sebagai penulis lirik
lagu-lagunya.Tak hanya tema alam dan lingkungan yang ditoreh Franky
Sahilatua dalam lagu-lagunya melainkan juga tentang keseharian
masyarakat marginal dan kritik sosial.Terlebih lagi ketika Franky
berrnyanyi sendiri tanpa melibatkan Jane adiknya, sosaknya cenderung
hadir sebagai protest singer yang kritis terhadap problematika sosial misalnya lagu “Perahu Retak”
yang berkolaborasi dengan budayawan Emha Ainun Najib..Namun demikian
Franky bersama adiknya Johnny Sahilatua mampu menuliskan sebuah lagu
dengan lirik yang menyejukkan yaitu “Kemesraan” yang dinyanyikan oleh Iwan Fals,Chrisye,Rafika Duri dan beberapa penyanyi lainnya.
Gombloh
Martin Hatch seorang peneliti dari Cornell University mempelajari lagu lagu dalam album Gombloh Berita Cuaca (1982) dan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah bertajuk Social Criticsm In The Songs Of 1980′s Indonesian Pop Country Singers dan dipresentasikan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology
yang berlangsung di Toronto Kanada pada 2 hingga 5 November 2000 silam.
Dalam makalahnya Martin Hatch meneliti kekuatan dan nilai lagu-lagu
karya Gombloh dalam perspektif kehidupan sosial seperti Berita Cuaca,
Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng, Denok-Denok Debleng, Ujung
Kulon Baloran, 3600 Detik, Kebayan-Kebayan, Hitam Putih dan Kami dan Alam.
Gombloh
yang dilahirkan 14 Juli 1948 dengan nama asli Soedjarwoto Soemarsono
mengawali karir musiknya di Surabaya tahun 1968 dengan memainkan musik
folk bersama kelompok Lemon Tree’s yang dibentuknya dengan Leo Kristi.
Gombloh fasih menuturkan sketsa kehidupan rakyat jelata sehari-hari
dalam lagu-lagu ciptaannya. Disisi lain, Gombloh justru tak bergeming
ketika harus menghasilkan lagu seperti Kugadaikan Cintaku yang berhasil
terjual diatas jumlah 1 juta keping pada paruh era 80an.Namun hal yang
mungkin tak terpikirkan Gombloh adalah ketika menulis lagu Kebyar
Kebyar dipertengahan era 70-an yang akhirnya dianggap sebuah anthem
kebangsaan seperti halnya lagu Padamu Negeri karya Kusbini.
Sam Bimbo
Suatu
saat di tahun 1973,Samsudin Hardjakusuma atau lebih dikenal dengan nama
Sam Bimbo menunaikan sholat jumat di Masjid Salman ITB Bandung.Saat itu
Sam mendapat ilham berupa melodi lagu serta sekaligus dengan liriknya.
“
Saya waktu itu habis sholat Jumat, begitu imam mengajak jamaah untuk
berdoa, lirik lagu itu keluar dengan sendirinya” ungkap Samsudin yang
dilahirkan di Kuningan 6 Mei 1942.
Tak
lama berselang Sam menulis ilham yang muncul dibenaknya.Lalu lahirlah
lagu Tuhan yang kemudian dinyanyikannya bersama Bimbo, kelompok musik
yang dibentuk Sam bersama dua adiknya Acil dan Jaka pada tahun
1967.Tuhan adalah karya terbesar Sam disepanjang karir musiknya bersama
Bimbo.Sam tak hanya menulis lagu-lagu bertema religious saja,dia juga
menulis lagu-lagu dengan tema yang beragam, mulai dari lagu-lagu bertema
romansa asmara,jenaka hingga kritik sosial.Bahkan lagu “Surat Untuk
Reagan dan Brezhnev” yang mengkritik tentang Perang Dingin, justru
menerima penghargaan dari Ronald Reagan dan Leonid Brezhnev pada tahun
1982.Tapi lagu karya Sam Bimbo lainnya yakni “Tante Sun” yang menyindir
bisnis ibu-ibu pejabat malah dicekal di TVRI pada tahun 1977.
Glenn Fredly
Glenn
Fredly masih ingat betul dimana dan kapan saat dia mendapat ilham untuk
menulis lagu. “Waktu itu saya lagi di rumah petakan saya sendiri di
kawasan Dapur Susu. Temen-temen saya lagi pada pergi.Lalu saya duduk di
depan piano.Jari jari saya mulai mengetuk-ngetuk tuts piano
berulang-ulang dan eh saya menemukan introduksi .Dan akhirnya jadilah
lagu “Januari” “ tutur Glenn Fredly tentang lagu yang mengangkat
popularitasnya dalam industri musik.Lagu “Januari” yang kemudian menjadi
hits besar itu akhirnya menjadi lagu unggulan dari albumnya bertajuk
“Selamat Pagi Dunia” (2003). Album solo Glenn Fredly yang ketiga itu
memang banyak menghasilkan hits seperti “Sekali Ini Saja” dan “Belum
Saatnya (Berpisah).Bahkan ketika album ini dirilis dalam bentuk
repackage,masih menghasilkan hits sepertiSedih Tak Berujung dan Akhir
Cerita Cinta.Sejak itu Glenn Fredly menjadi sosok singer/songwriter yang
memiliki banyak penggemar.Selain memiliki suara yang berkarakter dan
ekspresif, Glenn Fredly yang lahir 30 September 1975 bisa dianggap
terampil menjalin nada dengan lirik-lirik romansa yang romantik. Glenn
Fredly pun menulis lagu untuk penyanyi lain juga mulai dari Joy
Tobing,Pasto hingga Fariz RM.
Piyu
Lelaki
kelahiran Surabaya 15 Juli 1973 ini bisa dianggap motor utama dari band
Padi yang terbentuk tanggal 8 April 1997.Sebagian besar lagu-lagu Padi
ditulis oleh gitaris yang bernama lengkap Satriyo Yudi Wahono.Lagu
pertama karya Piyu yang dibawakan Padi dalam album kompilasi Indie Ten
adalah Sobat.Tema lagu yang ditulis Piyu pada awal-awal pemunculan Padi
memang masih diseputar romansa meski dengan struktur melodi dan
pendekatan musik yang lebih elegan dan terasa elemen rocknya.Pada album
Lain Dunia (1999) muncul hits seperti Mahadewi dan Begitu Indah.Lirik
lagu yang ditulis Piyu memiliki gereget, apalagi tak jarang dia kerap
menyusupkan makna yang bernuansa filosofis.Lagu “Mahadewi” menurut
pengakuan Piyu,memiliki nilai-nilai spiritual yang dalam.” Saya sendiri
sering menangis jika mendengar lagu Mahadewi itu” ujar Piyu mengisahkan.
Puncak keberhasilan karya Piyu bersama Padi adalah saat merilis album “Sesuatu Yang Tertunda” (2001) yang banyak menghasilkan hits seperti “Bayangkanlah”,”Kasih Tak Sampai”,”Semua Tak Sama” maupun “Sesuatu Yang Indah”.
Bimbim
Hampir
90 persen lagu-lagu Slank ditulis oleh Bimo Setiawan Almachzumi
Sidharta yang lebih dikenal dengan nama Bimbim ,drummer sekaligus
pendiri Slank.Lirik-lirik lagu Slank yang ditulis Bimbim memang diangkat
dari keseharian anak muda yang berkesan slenge’an,nakal ,apa adanya
tanpa gincu kata dan lugas.Justru dengan pola penulisan lirik semacam
ini justru menjadikan Slank seolah tak berjarak dan tak bersekat dengan
para penggemarnya.Idiom-idiom yang berkembang diantara anak muda inilah
yang diadopsi Bimbim ke dalam lirik-lirik lagu yang ditulisnya sejak
album debut Slank “Suit…Suit…He…He…(Gadis Sexy) di tahun 1990 hingga album terbaru “Slank Nggak Ada Matinya (2013).
Pola
penulisan lirik Slank yang lugas dan gamblang ini menjadi fenomena
tersendiri dalam khazanah music Indonesia.Selain bertutur tentang
keseharian,problematika anak muda dan asmara, Slank juga banyak menulis
tentang kepedulian terhadap lingkup sosial hingga politik.Bahkan
beberapa lagu Slank seperti Gossip Jalanan justru membuat gerah
para pejabat dan politikus lantaran liriknya yang tajam menghujam.Namun
menurut lelaki kelahiran 25 Desember 1966 ini, Slank bertanggung jawab
dan siap menerima resiko apapun terhadap lagu-lagu yang ditulis termasuk
pencekalan yang kerap terjadi pada kelompok musik yang telah berusia 30
tahun ini.Dan pada akhirnya,Slank memang didukung oleh siapa saja yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.
Oetje F Tekol
Sejak
kecil bassist The Rollies ini telah terbiasa menulis lagu
sendiri.Kebiasaan ini terus berlangsung hingga Oetje mulai bermain band
saat duduk dibangku SMA.”Saya masih ingat ketika saya minta bantuan ibu
saya untuk membuat lirik lagu dengan bahasa Inggeris.Judulnya kalo gak
salah Forget Your Problem” cerita Oetje F Tekol tentang pengalamannya
dalam menulis lagu.Tapi lagu karya Oetje untuk pertamakali direkam
adalah lagu “Keadilan” oleh The Rollies di tahun 1977.”Bahkan
lagu itu pun dijadikan judul album The Rollies Keadilan” kenang Oetje
F.Tekol.Sejak itu Oetje banyak memberikan kontribusi lagu-lagu untuk The
Rollies.Di tahun 1978 lagu “Hari Hari” yang dinyanyikan Gito Rollies
menjadi hit The Rollies.Bahkan di tahun 1979 lagu “Kemarau” karya
Oetje justru mendapat anugerah Kalpataru dari Kementerian Lingkungan
Hidup karena lirik lagunya dianggap memiliki keterkaitan dengan masalah
lingkungan hidup terutama tentang pengrusakan hutan secara semena-mena.
Saat
melakukan perjalanan Bandung – Jakarta, Oetje sering melihat penebangan
pohon pohon secara membabi buta sejauh mata memandang. Kiri kanan jalan
yang biasanya terlihat hijau kini berubah muram kecoklatan.Di koran
maupun majalah Oetje pun sering membaca soal penebangan hutan secara
liar.Ini dialami Oetje di tahun 1977.Mendadak Oetje pun
tersentak.Sebentuk melodi pun secara tiba tiba menyembul dari alam
imajinasinya.
Dian Pramana Putra
Tak
pelak lagi,Dian Pramana Putra adalah seorang kreator yang produktif
dalam ranah musik pop.Selain dikenal sebagai penyanyi, Dian yang
dilahirkan 2 April 1961 ini telah menghasilkan sederet hits yang
dinyanyikan para penyanyi sohor mulai dari Chrisye, Vina Panduwinata,
Utha Likumahuwa, Sheila Madjid, Harvey Malaihollo, Fariz RM, Broery
Pesolima, Ruth Sahanaya, Trie Utami,Malyda, January Christy, Syaharani,
Glenn Fredly dan masih berderet panjang lagi.
Di tahun 1980, lagu karya Dian Pramana Putra bertajuk “Pengabdian”
berhasil menempati juara 3 dalam Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors
Rasisonia, Dian pun menyanyikan lagu “Pengabdian” bersama Bourest Vokal
Grup dalam kaset Dasa Tembang Tercantik LCLR 1980 . Ini merupakan kali
pertama suara Dian direkam dalam sebuah album.
Memasuki
paruh dasawarsa 80-an, kegiatan musik Dian Pramana Putra semakin
bercabang,antara lain bersekutu dengan Deddy Dhukun dalam menulist lagu.
”Biasanya saya menemukan melody, dan Deddy mulai menuliskan lirik lirik
yang catchy.” jelas Dian Pramana Putra. Pasangan ini pun lalu
kebanjiran pesanan membuat lagu dari sederet artis-artis rekaman
diantaranya “Biru” yang dinyanyikan Vina Panduwinata dan “Aku Ini Punya Siapa” yang dinyanyikan January Christy.
Donny Fattah
Jika
menyimak album debut God Bless yang dirilis Pramaqua tahun 1976, maka
sosok Donny Fattah mendominasi penulisan lagu-lagu God Bless mulai dari
hits Huma Diatas Bukit,Sesat,Setan Tertawa hingga She Passed Away.Saat
itu Donny Fattah yang dilahirkan di Makassar 24 September 1949 memang
memiliki referensi yang paling komplit.Donny tak hanya menyukai musik
rock, tapi juga menyimak jazz hingga folk dan country.Dalam D &
R,proyek rekaman yang digagas Donny dan adik kandungnya Rudy Gagola
memperlihatkan kemampuan menulis lagu Donny yang luas.Di album ini Donny
bersama Rudy menulis lagu dalam berbagai corak music mulai dari
rock,pop hingga country folk, diantaranya lagu Cindy yang dipopulerkan
Keenan Nasution dan Mimpi yang dinyanyikan Ida Noor lalu dipopulerkan
lagi oleh Eddy Silitonga dan Ira Puspita di tahun 1977.Lagu Mimpi juga
dibawakan secara instrumental oleh Jack dan Indra Lesmana di tahun
1978, kemudian diremake oleh band indie pop Klarinet di tahun 1999.Di
tahun 1990 Nicky Astria mempopulerkan lagu karya Donny Fattah “Cinta Di
Kota Tua”.Di tahun yang sama,dua lagu karya Donny Fattah dibawakan oleh
kelompok Power Metal dalam album “Power One” yaitu “Pengakuan” dan Mas & Mis Merozoth.Dalam
album Gong 2000,Donny menulis lagu-lagu seperti Basa Basi ,Mulut-Mulut
dan Penantian.Donny juga menulis lagu untuk Freddy Tamaela bertajuk
“Lari dan Lari” di album “Tetangga” (1985).
Indra Lesmana
Usai
bermain bola, Indra Lesmana yang masih berusia 9 tahun lalu mengambil
ukulele.Jari jemari Indra yang mungil lalu memetik dawai ukulele yang
berjumlah 4 .Tak sekedar memetik,tapi dari ukulele muncul melodi
lagu.Dan itulah lagu pertama yang ditulis Indra Lesmana,putra pemusik
jazz Jack Lesmana dan penyanyi Nien Lesmana.Jack Lesmana menganggap lagu
karya putra bungsunya itu layak untuk direkam.Nien Lesmana sang ibu
kemudian menorehkan lirik liriknya .Lagu itu diberi judul Terlena dan dinyanyikan penyanyi jazz Margie Siegers di album “Semua Bisa Bilang”
(Hidayat Audio 1975).Saat itu Indra banyak menulis lagu dengan
menggunakan ukulele.”Waktu itu saya belum bisa main piano,jadi bikin
lagu pake ukulele” ungkap Indra Lesmana yang lahir 28 Maret 1966. Sejak
itu gairah Indra menulis lagu kian menggebu.Apalagi lagu ciptaannya Kabur yang berbentuk instrumental jazz dimasukkan Jack Lesmana dalam album Noor Bersaudara di tahun 1977.
Disaat
berusia 12 tahun,Indra mulai menulis lagu dengan menggunakan piano dan
merekam album debutnya bertajuk “Ayahku Sahabatku” (1978) dengan
membawakan lagu ciptaannya “Anak Melamun”,”Terlena” dan “Ayahku Sahabatku”.Di
tahun 1984 Indra mengajak kakaknya Mira Lesmana untuk menulis
lirik-lirik lagunya.Kebersamaan Indra dan Mira ini menghasilkan banyak
hits seperti “Nostalgia” hingga “Aku Ingin” termasuk saat menulis lagu
buat Krakatau seperti “Sayap Sayap Beku”,”Dirimu Kasih” serta “Ekspresi” yang dipopulerkan Titi DJ.
Bagoes AA
Sosok
komposer,arranger dan penyanyi Bagoes A.Aryanto tercatat banyak
mendukung keberadaan Dian Pramana Putra dan Iwan Fals.banyak karya-karya
Bagoes yang berkaitan dengan kedua penyanyi tersebut.Bagoes yang
dilahirkan 29 April ini memang bersahabat karib dengan kedua penyanyi
tersebut apalagi Bagoes serta Dian Pramana Putra dan Iwan Fals pernah
bergabung dalam Bourest Vokal Group, kelompok vokal yang terbentuk di
akhir era 70an .Menurut Bagoes, pertamakali menulis lagu terjadi saat
masih duduk di bangku SMP.Saat itu dengan memainkan organ Farfisa,
Bagoes menulis lagu bertajuk “Mawar”.Lagu itu tak pernah direkamnya.”Tapi tahun ini saya malah merekam lagu “Mawar”
dalam bentuk instrumental secara sederhana.Hanya untuk kenang-kenangan
saja” papar Bagoes A.Ariyanto yang di tahun 1978-1979 sempat menimba
ilmu musik di Koeln Muziek Conzervatory Jerman.Sepulangnya dari Jerman,
Bagoes kemudian mengikutserakan lagu-lagu ciptaannya pada ajang Lomba
Cipta Lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Rasisonia.Diluar dugaan
lagu karya Bagoes “Mahajana” berhasil meraih juara 1 dan kemudian direkam dengan penyanyi Louise Hutauruk.Tahun 1980 kembali lagu karya Bagoes bertajuk “Maheswara”
masuk 10 besar Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors.Kali ini Bagoes
menyanyikan sendiri lagu karya ciptanya. Setelah itu,Bagoes mulai aktif
terjun dalam industri rekaman antara lain mendukung album solo Dian
Pramana Poetra,Vina Panduwinata,January Christy,Tito
Sumarsono,Chrisye,Lina Subardja serta Iwan Fals.Tahun 80an merupakan
tahun tersibuk Bagoes sebagai komposer,arranger dan penyanyi.Apalagi
saat itu Bagoes A.Aryanto tergabung dalam Kelompok 3 Suara bersama Dian
Pramana Putra dan Deddy Dhukun.
Iwan Abdurachman
Iwan Abdurachman yang lahir 3 September 1947 di Karangnangka, Sumedang,
Jawa Barat, ini dalam sejarah musiknya memang tak bisa dipisah dengan
kelompok Bimbo.Sejak usia 17 tahun Iwan telah menulis komposisi lagu.
Sejak
kecil, Iwan telah menunjukkan rasa cinta yang tinggi pada alam dan
lingkungannya dengan sering masuk-keluar hutan dan aktif dalam
organisasi Pramuka.Lalu sejak tahun 1964 ia bergabung dengan Wanadri,
yakni organisasi penempuh rimba dan pendaki gunung tertua di
Indonesia.Lagu karyanya yang pertama, Balada Seorang Kelana
ditulis saat berada di puncak Gunung Burangrang 25 Desember 1964 .Lagu
ini kemudian direkam Trio Bimbo pada album “Mawar Terbiru” yang dirilis
Remaco pada tahun 1972.
Karya
monumental Iwan Abdurachman “Melati Dari Jayagiri” dan “Flamboyan”
dibawakan Trio Bimbo pada debut album mereka yang direkam pada label
Fontana di Singapore pada tahun 1971.Di paruh era 70an Iwan akhirnya
bergabung sebagai pemain bass dalam Bimbo bersama Indra Rivai
(keyboards) dan Rudy Soeparma (drums).Di penghujung era 70an,Iwan mundur
dari Bimbo dan mendirikan Kali Kausar bersama Wandi Koeswandi dan Indra
Rivai,dua pemusik yang banyak mendukung Bimbo pada era 70an.
Keenan Nasution
Tahun
1977 drummer dan penyanyi Keenan Nasution mengikut sertakan beberapa
lagu karyanya yang ditulis bersama dr.Rudi Pekerti ke ajang Festival
Lagu Populer Indonesia.Ternyata lagu karyanya bertajuk “Di Batas Angan-Angan”
terpilih sebagai finalis.Lagu itu kemudian direkam dan dinyanyikan
sendiri oleh Keenan Nasution bersama Hutauruk Sisters sebagai penyanyi
latar.Lagu ini memang tidak berhasil menjadi juara 1,namun dengan
terpilihnya sebagai finalis justru member semangat pada Keenan untuk
lebih banyak menulis lagu-lagu sendiri.Setahun kemudian, mantan drummer
God Bless ini telah memiliki puluhan lagu yang ditulisnya bersama
penulis lirik Rudi Pekerti.”Kita berdua seperti Elton John dan Bernie
Taupin lah ha ha ha” ujarnya terkekeh.Sekitar 14 lagu karya Keenan
bersama Rudi Pekerti kemudian direkam pada album debutnya bertajuk “Di Batas Angan Angan”
(Gelora Seni 1978) diantaranya adalah lagu karya Fariz RM “Cakrawala
Senja” .Menariknya di album ini Keenan nyaris memainkan seluruh alat
musik mulai dari drum,piano,synthesizers dan gitar, disamping dibantu
oleh rekan-rekannya sendiri seperti Junaedi Salat,Harry
Minggoes,Narry,Yanto,Trio Bebek,Abadi Soesman dan ketiga saudaranya
yaitu Gauri,Oding dan Debby Nasution.Album ini mencuatkan hits besar
Nuansa Bening.Lagu ini kemudian dinyanyikan kembali oleh Eddy
Silitonga,Lucky Octavian serta Vidi Aldiano.Di tahun 1992 Keenan
Nasution malah sempat menulis lagu untuk Benyamin S dengan judul “Seliweran”
Younky Soewarno
Younky
Soewarno adalah keyboardis,arranger dan juga komposer yang banyak
terlibat dalam sejumlah rekaman musik pop Indonesia pada dasawarsa 80an
hingga 90an. Pengagum David Foster ini tercatat banyak menulis
lagu-lagu hits yang dinyanyikan Chrisye,Atiek CB, AB Three, Ita
Purnamasari,Oddie Agam,Jacky, Trio Libels, Nike Ardilla, Chintami
Atmanegara, Novia Kolopaking ,Ina Rawie ,Ismi Aziz,Fariz RM,Deddy
Dhukun,Trie Utami ,Paramitha Rusady,Ruth Sahanaya hingga ke penyanyi
penyanyi rock seperti Nicky Astria, Ikang Fawzi ,Gito Rollies dan
Achmad Albar .Dalam menulis lirik lagu-lagunya Younky Soewarno yang
dilahirkan 15 Mei 1957 ini sering melibatkan Maryati isterinya maupun
Deddy Dhukun.
Lagu-lagu karyaYounky Soewarno yang menjadi hits antara lain “Terserah Boy” (Atiek CB),”Hanya Satu Kamu”
(Fariz RM dan Deddy Dhukun),”Jerat Jerat Cinta”,(Trio Libels),”Cintaku
Padamu” (Ita Purnamasari),”Harus Kumiliki” (Ruth Sahanaya),”Shame On Me” (Jacky), termasuk “Akhirnya “ yang dinyanyikan Oddie Agam serta GIGI dan menjadi lagu bernuansa religius belakangan ini.
Benny Soebardja
Sosok
gitaris,penyanyi dan komposer Benny Soebardja yang di era 70an
tergabung dalam beberapa band rock seperti The Peels,Sharmove dan Giant
Step belakangan jadi perbincangan penikmat musik dunia, karena album
“Gede Chokra’s” (Sharkmove) dirilis ulang oleh label Jerman Shadoks pada
tahun 2006 dan label Strawberry Rain Kanada merilis ulang album-album
solo Benny Soebardja “Gimme The Piece of Gut Rock” dan “Night Train”
pada tahun 2012.Dari hasil rilis ulang tersebut,sosok Benny Soebardja
dipuji dalam berbagai review di media cetak dan online secara
internasional sebagai sosok pemusik rock dengan karya yang rock yang
menginspirasi.Nama Benny Soebardja mulai dikenal saat bergabung dengan
The Peels di tahun 1966.Ketika The Peels bubar tahun 1969,Benny
Soebardja kemudian membentuk Sharkmove di tahun 1970 yang hanya sempat
merilis album “Gede Chokra’s” yang dirilis Sharkmove Record.Tahun
1971 Benny Soebardja mulai berupaya membentuk band baru dengan nama
Giant Step.Sejak membentuk Sharkmove,Benny Soebardja selalu mementingkan
penulisan lagu sendiri.Kebiasaan ini pun berlanjut saat membentuk Giant
Step.Selain menulis lagu sendiri, Benny Soebardja yang dilahirkan 4
Juli 1949 juga kerap meminta bantuan Bob Dook,orang Inggris yang saat
itu kulaih di Bandung sebagai penulis lirik dalam bahasa
Inggris.Lagu-lagu yang ditulis Benny Soebardja dan Bob Dook antara lain
adalah Evil War,My Life,Fortunate Paradise,Pensive,Someday hingga Decision .Graham Reid dari Elsewhere Magazine bahkan menyebut Benny Soebardja sebagai the godfather of the Indonesian prog-rock underground.
Singer/songwriter kelahiran 20 Januari 1973 ini sebelum merilis album “Albumnya Oppie” (1993) dengan hits “Cuma Khayalan”
sebetulnya telah malang melintang dalam industri musik Indonesia
yaitu dengan merilis single Satu Macam Saja (1990).Saat itu sosok Oppie
dipersiapkan sebagai lady rocker istilah untuk penyanyi-penyanyi rock
wanita seangkatan Nicky Astria dan Anggun C.Sasmi.Oppie bahkan tergabung
dalam trio bersama dua penyanyi rock wanita lainnya yaitu Lady Avisha
dan Mayangsari..Tapi sejak “Cuma Khayalan” melejit,Oppie mulai
menentukan sikap dalam bermusik.Dia tak hanya menyanyikan lagu-lagu
cinta tapi mulai memasuki ranah kritik sosial, tak jauh beda dengan
konsep musik yang diperlihatkan pemusik yang menjadi inspirasi musiknya :
Tracy Chapman.Oppie mulai memperlihatkan jatidiri yang jelas dan lugas
lewat lagu-lagu seperti Cuma Khayalan”, “Na Na Na”, “Untung VS Buntung”, “Ingat-Ingat Pesan Mama”, dan “Cuma Karena Aku Perempuan“.
Oppie
sendiri pertama kali menulis lagu di awal tahun 1990, salah satu lagu
karya ciptanya bertajuk “Bersama Kita” akhirnya dibawakan oleh boyband
90an Hit Hot pada tahun 1992.Selain itu beberapa lagu karya Oppie juga
pernah dinyanyikan Kris Dayanti dan Sania.
Wedhasmara
Wedhasmara
adalah komposer lagu-lagu pop Indonesia era 60an hingga 70an
.Karya-karyanya dikenal luas seperti Sendja Di Batas Kota,Berpisah Di St
Carolous, Kau Selalu Di Hatiku dan masih banyak lagi. Penyanyi penyanyi
yang menyenandungkan lagu-lagu Wedhasmara antara lain Ernie
Djohan,Titiek Sandhora,Tetty Kadi,Deasy Arisandi hingga Lilies Surjani.
Sejak
kecil lelaki kelahiran Denpasar 10 September 1932 ini telah menyukai
dan memiliki bakat musik yang kuat.Setelah menyelesaikan jenjang
pendidikan SMP di Denpasar Bali.Wedhasmara kemudian pindah ke SMA
St.Thomas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Antara tahun 1956 – 1963
Wedhasmara bekerja di Jawatan Pertanian Jakarta.
Bakat
musiknya tersalurkan ketika ikut tergabung dalam berbagai kelompok
musik seperti Orkes Gabungan Denpasar,Orkes Keroncong Denpasar,Kuartet
Mulyana/Sutedja Yogyakarta,Orkes Kerontjong pimpinan Sukmini
Yogyakarta,Orkes Melayu Ria Bluntas,Zaenal Combo hingga Empat Nada..
Harry Roesli
Saat
terjadi kerusuhan nasional dan berakhir dengan munculnya gerakan
Reformasi di tahun 1998, tiba-tiba lagu “Jangan Menangis Indonesia”
karya Harry Roesli yang ditulis tahun 1974 dan direkam pada album
“L.T.O” (1978) berkumandang lagi, baik di radio,televisi maupun
panggung-panggung orasi di berbagai kampus. Sebetulnya lagu itu dulu
ditulis Harry Roesli saat menjadi aktivis mahasiswa di ITB yang ikut
menentang kebijakan pemerintah pada tahun 1974 dan menimbulkan kerusuhan
nasional dan kerap disebut Malaria atau Malapetaka 15 Januari 1974.
Kebanyakan
lagu-lagu karya Harry Roesli bertema gugat dan sindiran terhadap
ketimpangan-ketimpangan yang berada disekitar kita baik dalam dimensi
sosial maupun politik.Namun lelaki kelahiran 10 September 1951 dengan
nama lengkap Djauhar Zaharsjah Fachrudin Roesli kerap membungkus
lirik-lirik lagunya dengan metafora yang mengambil idiom cerita
rakyat,legenda maupun sejarah diantaranya adalah kisah tentang Ken Arok
ataupun tentang perang saudara dalam hikayat Mahabarata.Tak jarang
banyak yang tak memahami idiom yang ditulis oleh Harry Roesli misalnya
pada lagu “Peacock Dog” sebuah lagu dengan judul yang aneh.”Peacock Dog
itu sebetulnya kiasan kata untuk Negara ini.Indonesia itu kan mempesona
seperti burung merak tapi menyebalkan seperti anjing” demikian tutur
Harry Roesli dalam wawancara bersama saya di tahun 1997.Di tahun 1974
saat ikut demonstrasi mahasiswa Harry Roesli sempat mendekam dalam
penjara. Ha rry Roesli mementaskan pemutaran perdana film dokumenter
Tragedi Berdarah Trisakti dan panggung seni dalam acara “Gelora Reformasi” di Universitas Parahyangan Bandung. Dalam acara ini Harry Roesli kembali menyanyikan lagu Jangan Menangis Indonesia.
Elfa Secioria
Menulis
lagu bagi Elfa Secioria bisa dimana saja termasuk ketika tengah berada
diatas pesawat terbang seperti yang terjadi di tahun 1983, selama 7 jam
dalam pesawat Elfa menulis lagu serta membuat arransemen 17 lagu.
Elfa
mulai bermain piano ketika berusia 5 tahun. Ketika berusia delapan
tahun , ia pemain piano dan vibraphone dalam Trio Jazz IVADE. Kemudian
Elfa Secioria mengikuti Piano Privat 1 dan 2 di Bandung (1970-1974),
mempelajari musik Simfoni di Bandung (1971-1978) dan belajar Aransemen
Orkestra di Bandung (1974-1978).
Kebanyakan
lagu-lagu Elfa Secioria menjadi finalis serta menjadf juara dalam event
Festival Lagu Populer Indonesia sejak era 1980an termasuk juga di ajang
World Popular Song Festival di Jepang,ASEAN Songs Festival maupun
Golden Kite Songs Festival.Untuk penulisan lirik Elfa Secioria banyak
mempercayakannya pada Wieke Gur.”Saya memang tidak mampu menulis lirik
lagu makanya saya selalu meminta bantuan orangh” jelas Elfa Secioria
yang dilahirkan 20 Februari 1959.Elfa juga pernah meminta bantuan
penulisan lirik pada Mira Lesmana saat menulis lagu-lagu untuk
soundtrack film “Petualangan Sherina”. Lagu lagu karya Elfa Secioria
dinyanyikan oleh Harvey Malaiholo,Elfa’s Singer,Ferina
Zubeir,Andien,Sherina dan sederet lainnya.
Adjie Bandy
Komposer
Adjie Bandy yang dilahirkan di Blitar, 10 Januari 1947, menguasai
dengan baik berbagai instrumen musik mulai dari gitar, keyboard,
hingga biola. Musik klasik adalah dasar musik yang digelutinya sejak
kecil. Adjie menimba ilmu musik klasik di Akademi Musik Yogya yang
diselesaikannya pada 1969.Selanjutnya Adjie ikut bergabung dalam
berbagai band pop dan rock seperti C’Blues,Cockpit,Gipsy dan
Contrapunk.
Di tahun 1976, lagu ciptaannya, “Puteri Mohon Diri”,
berhasil meraih juara kedua “Festival Lagu Pop Indonesia 1976″.
Setahun berselang Adjie Bandy kembali memasukkan karyanya bertajuk “Damai Tapi Gersang”
pada Festival Lagu Pop Indonesia 1977. yang kemudian terpilih
mewakili Indonesia untuk berlaga dalam ajang Yamaha World Popular
Songs Festival yang berlangsung di Nippon Budokan Hall, Tokyo, pada
tanggal 11-13 November 1977. Lagu yang dinyanyikan Adjie Bandy berduet
dengan Hetty Koes Endang bercerita mengenai makna kehidupan ini
berhasil menyabet Outstanding Song Award.,sebuah penghargaan atas karya lagu.
Aryono Huboyo Djati
Sebetulnya
lelaki berkacamata minus inilah yang pantas disebut Si Burung
Camar.Kenapa ? Karena Aryono Hubojo Djati inilah yang menuliskan
komposisi dan notasi lagu Burung Camar yang dipopulerkanh Vina
Panduwinata sebagai penyanyinya. Memang banyak yang tak mengetahui sepak
terjang Aryono sebagai pemusik atau komposer.Profesi yang paling banyak
diketahui orang adalah seorang fotografer profesional yang memiliki jam
terbang tinggi.Lagu Burung Camar itu sebetulnya dibikin dalam komposisi
piano klasik dan tak berlirik.Aryono yang terampil bermain piano dan
keyboard itu lalu tertarik mengikutsertakan lagu ciptaannya itu ke
Festival Lagu Populer Nasional Tahun 1985.Aryono lalu meminta kesediaan
Iwan Abdurachman, penulis lagu yang pernah tergabung dalamBimbo, untuk
menuliskan lirik lagunya.Menjelmalah lagu Burung Camar .Tak diduga lagu
ini berhasil menjuarai Festival Lagu Populer Indonesia 1985 dan
mewakili Indonesia dalam Yamaha World Popular Songs Festival Tokyo
dengan judul “The Song of The Seagulls” . Burung Camar memperoleh
penghargaan Kawakami Award di ajang ini.Aryono memang memiliki bakat
musik yang luar biasa.Aryono pernah menjuarai Festival Electone Se
Indonesia yang beralngsung di tahun 1985.Dia pun pernah membentuk band
fusion dengan nama Warimoo dan ikut berlomba dalam kompetisi band Light
Music Contest. Lulusan The University of Tokyo yang meraih gelar doktor
dalam bidang marine biology ini juga menulis lagu berjudul “Lirih”
untuk almarhum Chrisye.
Arie Wibowo
Madu dan Racun adalah lagu karya Arie Wibowo yang luar biasa populer dan dinyanyikan oleh setiap orang pada tahun 1985..Album “Madu dan Racun”
yang terjual lebih dari 1 juta keping itu ternyata bukan hits sesaat
pada zamannya saja..Tahun 2009 J-Rock meremake lagu ini dengan gaya
yang lebih fresh.“Madu dan Racun” sebetulnya telah dibawakan oleh
Prambors Vokal Group dalam kaset yang dirilis Pramaqua tahun 1975 tapi
dengan judul “Bingung”. Sebelum diubah judulnya menjadi “Madu dan Racun”,lagu
yang ditulis oleh Arie Wibowo dan Jonathan Purba ini sering dinyanyikan
pula oleh almarhum Kasino saat melawak di panggung bersama Warung Kopi
Prambors.Bahkan penyanyi cantik Nanin Sudiar pun pernah menyanyikan
lagu ini I dengan judul lain pula yaitu “Dilema”.
Arie
Wibowo adalah penulis lagu pop yang sangat produktif.Dia menulis hampir
semua lagu dalam album Bill & Brod,kelompok yang dibentuknya di
paruh era 80an. Saat tergabung dalam Prambors Vokal Group dan Topan
Group, Arie Wibowo selain tampil sebagai penyanyi juga menulis semua
lagu-lagunya
Ikang Fawzi
Sebetulnya
Ikang Fawzi awal karirnya di dunia musik bukan sebagai penyanyi tapi
seortang drummer dan penulis lagu.Tahun 1979 salah satu lagu karya Ikang
bertajuk “Cahaya Kencana” berhasil menjadi finalis Lomba Cipta
Lagu Remaja Prambors.Ketika lagu tersebut akan direkam dalam album yang
diberi judul Dasa Tembang Tercantik 1979, pihak Prambors lalu memilih
penyanyi rock Achmad Albar sebagai penyanyinya.”Saya gembira dan bangga,
karena Achmad Albar adalah penyanyi rock idola saya “ tutur lelaki
kelahiran 23 Oktober 1959 dengan nama Achmad Zulfikar Fawzi.Ikang
kemudian menulis lagu untuk beberapa penyanyi diantaranya Louise
Hutauruk,Candra Darusman dan Raidy Noor. Bersama Addie MS dan Raidy Noor
sahabatnya saat tergabung dalam Vokal Grup SMA 3 Setiabudi
Jakarta,Ikang lalu membentuk band dengan nama AIR di tahun 1979.Di tahun
1982 AIR berubah nama menjadi Staff dan merilis album di tahun
1981.”Nah di band Staff itulah saya mulai memberanikan diri tampil
sebagai penyanyi” cerita Ikang lagi. Di tahun 1985 barulah Ikang terjun
sebagai penyanyi solo dengan merilis album “Selamat Malam”.Dalam
album-album solonya,Ikang hampir menulis semua lagu-lagunya.
Sawung Jabo
Sebagian
besar lagu-lagu yang ditulis Sawung Jabo berpijak pada kritik sosial
dan narasi kemanusiaan.Penyebanya mungkin karena latar belakang Sawung
Jabo yang bergabung dengan kelompok teater Bengkel yang dipimpin WS
Rendra di Yogyakarta pada paruh era 70an.Dari komunitas teater ini
pemilik nama Mohammad Djohansjah ini lalu membentuk Kelompok Kampungan
bersama Bram Makahekum yang kerap mendukung pertunjukan teater Bengkel
seperti pada pementasan lakon drama “Sekda” di tahun 1975. Tahun 1976
Sawung Djabo mendirikan kelompok musik Sirkus Barrock .Akhir era 80an
Sawung Jabo membentuk kelompok Swami bersama sebagian pendukung Sirkus
Barock serta Iwan Fals dan juga Yockie Surjoprajogo.Tahun 1990 personil
Swami lalu melebur kedalam Kantata Takwa yang digagas maesenas Setiawan
Djody bersama WS Rendra.Sawung Jabo juga membentuk beberapa kelompok
musik lainnya seperti Dalbo dan Genggong. Konsep musik yang
dipaparkan Sawung Jabo dalam Sirkus Barock, Swami dan Kantata Takw dikenal penuh pendewasaan, kepolosan,lugas dan apa adanya.
Dengan
berlatar tata musik yang dinamis. Sawung Jabo juga dikenal lewat
ekspresi musikalnya yang khas seperti teriakan-teriakannya yang garang,
liar, dan nyeleneh dalam berbagai pentas pertunjukannya.Namun
memasuki dasawarsa 2000, lagu-lagu Jabo condong bernuansa
religious,menggali makna hidup,kisah kasih dan permenungan.
Bebi Romeo
Di
akhir 90an hingga masuk ke era 2000an nama Bebi Romeo adalah hitmaker
yang paling banyak dicari para penyanyi yang ingin membawakan lagu-lagu
karya Bebi yang saat itu memang bertebaran sebagai hits mulai dari “Bunga Terakhir” yang dinyanyikannya sendiri bersama bandnya Romeo hingga “Mencintaimu” yang dipopulerkan Kris Dayanti,Selamat Jalan Kekasih (Rita Effendy),Perbedaan (Ari Lasso) serta “Andai Aku Bisa”
yang dinyanyikan oleh Chrisye di tahun 2001.Nama Bebi Romeo kembali
jadi jaminan sukses ketika di tahun 2007 lagu karya ciptanya “Bukan Cinta Biasa” mengangkat ketenaran penyanyi pendatang baru Afgan.
Karir
musik lelaki kelahiran 6 September 1974 dengan nama lengkap Virdy
Megananda ini dalam industri musik Indonesia bermula ketika membentuk
kelompok Bima yang hanya sempat merilis satu album bertajuk “Sebuah
Awal” (1997).Dua tahun kemudian Bebi bersama Bimo dan Yudha membentuk
band Romeo yang menghasilkan 3 album “Romeo (1999),”Wanita” (2002) dan
“Lelaki Untukmu” (2006)
Deddy Dores
Di
era 70an,Deddy Dorres yang bernama asli Deddy Setiadi Prayitno adalah
pemusik rock yang berkelebat diberbagai band rock papan atas sebagai
gitaris dan pemain keyboard mulai dari Freedom Of Rhapsodia,Giant
Step,The Road,Fantastique,God Bless hingga Superkid.Tapi memasuki era
80an Deddy Dorres malah dikenal sebagai seorang hitmaker dengan sederet
hits yang laris manis di pasaran musik Indonesia.Kehadiran Deddy Dorres
dalam industri musik Indonesia tampaknya membayangi Rinto Harahap dan
Pance Pondaag sebagai komposer lagu-lagu pop yang kebanyakan dinyanyikan
oleh penyanyi wanita.Mereka itu antara lain Nike Ardilla,Conny Dio,Nafa
Urbach,Ria Angelina,Lady Avisha ,Yessy Gasela,Inka Christy,Twin
Sisters,Lydia Natalia,Annie Carera dan masih banyak lagi.Tapi yang
paling sukses adalah ketika Deddy Dorres menulis lagu-lagu untuk Nike
Ardilla seperti Seberkas Sinar dan Bintang Kehidupan yang kabarnya
terjual hingga dua juta kopi kaset.
Adriyadie
Saat
Bob Tutupoly tengah melakukan rekaman album di studio Remaco bersama
iringan De Meicy,tiba-tiba muncul seorang lelaki mendatangi Bob Tutupoly
seraya menawarkan kepadanya agar mau membawakan lagu ciptaannya. Namun
kehadiran lelaki bertubuh gelap itu dianggap mengganggu suasana rekaman
oleh pihak Remaco yang meminta kepada Bob agar jangan menghiraukan
lelaki yang tak dikenal itu.Tapi Bob bersikeras ingin membawakan lagu
yang disodorkan sang lelaki itu padanya.Akhirnya pihak Remaco mau
menerima lagu dari sang lelaki tadi sebagai lagu terakhir dalam album
Bob Tutupoly.Diluar dugaan ternyata lagu yang berjudul Widuri itu
meledak dipasaran.Insting Bob Tutupoly ternyata berbuah hasil.Lelaki
yang bernama lengkap Slamet Adriyadie itu lalu mashur dengan nama
Adriyadie.Sejak itu lagu-lagu karya Adriyadie dinyanyikan banyak
penyanyi lain seperti Arie Koesmiran,Nur Afni Octavia,Ade
Manuhutu,Broery Marantika , Purnama Sultan hingga Ria Restu Fawzy.
Slamet
mengaku membutuhkan waktu enam bulan menyelesaikan lagu Widuri lengkap
dengan notasinya. Inspirasi lagu Widuri, diperoleh di saat rehat
sebagai buruh kapal di Pelabuhan Tanjungpriok. Saati itu,Adriyadie
menyendiri di tepi pantai memandangi Laut Jawa sembari memetik i gitar
kesayangan,lalu menuliskan notasi dan liriknya sekaligus.Kini Adriyadie
bekerja di Yayasan Karya Cipta Indonesia.
Dorie Kalmas
Di
era 80an pernah muncul istilah Pop Kreatif, sebuah genre yang dianggap
mewakili lagu-lagu pop dengan perpaduan warna rhythm and blues,jazz
serta rock.Salah satu pencipta lagu yang kerap menulis lagu dengan gaya
semacam itu adalah Dorie Kalmas.Penyanyi-penyanyi yang membawakan lagu
karya Dorie Kalmas mulai dari Fariz RM,Neno Warisman,Utha Likumahuwa,Mus
Mudjiono,Yana Julio,Andi Meriem Mattalatta,Asti Asmodiwati,Fryda,Irma
June,Ronny Sianturi,Dian Pramana Putra,Warna dan Titi DJ.Adapun
lagu-lagu Dorie Kalmas yang menjadi hits antara lain Nada Kasih yang
dinyanyikan secara duet oleh Fariz RM dan Neno Warisman,”Selamanya Cinta” (Yana Julio),”Keagungan Cinta” (Mus Mujiono),”Mengapa Terpilih” (Warna) serta “Bahasa Kalbu” yang dipopulerkan Titi DJ.Lagu “Bahasa Kalbu” ditulis Dorie Kalmas bersama Andi Riyanto dan Titi DJ.
Dadang S Manaf
Dadang
S Manaf adalah salah satu komposer musik pop yang produktif melahirkan
sederet lagu pada era paruh 80an hingga awal 90an.Gaya penulisan lagu
Dadang S Manaf bisa disebut beragam, artinya dia mampu menulis lagu
dengan target pendengar dengan strata menengah kebawah maupun menengah
keatas. Lagu-lagu Dadang S Manaf antara lain dibawakan oleh Endang S
Taurina,Angel Pfaff,Iis Soegianto,Paramitha Rusady hingga Uci Bing
Slamet dengan tema yang agak mendayu, tapi disisi lain Dadang toh mampu
menulis lagu yang lebih berkelas seperti yang dinyanyikan Tika Bisono
,Ramona Purba,,Yana Julio,Ermy Kullit hingga Chrisye.Dadang S Manaf
pernah meraih prestasi dalam Festival Lagu Populer Indonesia ke XII
tahun 1984 saat lagu ciptaannya “Senyum Dalam Duka” yang dinyanyikan
Bornok Hutauruk masuk dalam 10 Besar lagu Terbaik Di tahun 1987 kembali
lagu karya Dadang bertajuk “Anugerah” terpilih dalam 12 Besar Lagu
Terbaik Festival Lagu Populer Indonesia ke XV .Kakak tiri Ahmad Dhani
ini pun pernah merilis sebuah album solo bertajuk Reuni SMA yang dirilis Akurama Record pada tahun 1987.
Cecep AS
Meskipun banyak karya-karya Cecep AS yang dibawakan Atiek CB seperti “Risau”,”Maafkan” ,”Benci Sendiri” dan “Berhentilah”, namun sebetulnya lagu-lagu Cecep AS juga menjadi hits saat dinyanyikan Rafika Duri (Tirai),Harvey Malaiholo (Dara),Ramona Purba (Terlena),Jayanthi Mandasari (Ingkar),Andi Meriem Mattalatta (Pasrah),Novia Kolopaking (Kuserahkan) dan Ermy Kullit (Sesal). Lagu “Risau” juga dibawakan Melly Goeslaw dalam album “Mindsoul” di tahun 2007.
Sebagian
besar lagu yang ditulis Cecep AS bertema romansa asmara dengan nuansa
melankolia walau tak berkesan cengeng dan mendayu-dayu.Cecep AS dalam
menuliskan lirik-lirik lagunya kerap menggunakan gaya metafora seperti
misalnya pada lagu Tirai yang dipopulerkan Rafika Duri.
Cecep AS pun merilis album solo yaitu album “Gusar” ditahun 1985 dengan musik yang digarap Younky Soewarno serta album “Jatuh Cinta” di tahun 1987 dengan musik yang digarap Bambang B dan Cecep AS sendiri.
0 komentar: